Minggu, 11 November 2012

1.      PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Lautan Indonesia yang terletak di garis katulistiwa merupakan suatu kelebihan karena banyak jenis-jenis sumber daya laut yang mendiami di sekitarmya. Di dorong dengan mempunyai iklim tropis. Sumber daya laut yang sangat potensial mendorong untuk melakukan suatu pemanfaatn dan pengolahan yang efektif. Munculnya alat penangkapan ikan merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumber daya laut yang digunakan. Alat penangkapan ikan banyak ragam dan jenis-jenisnya, seperti jaring, perangkap, gillnet, sero, pancing, payang, dan sebagainya. Alat penangkapan ikan mempunyai kegunaan masing-masing disesuaikan dengan tingkah laku dan sifat-sifat ikan. Ada berbagai karakteristik hidup ikan. Seperti yang biasa hidup dipermukaan air(pelagis), kolom perairan, dan di dasar perairan (domersal). Dalam perkembangannya jenis alat penangkapan bertambah banyak dan semakin maju dengan munculnya berbagai teknologi yang terbaru. Alat penangkapan ikan juga merupakan faktor utama dalam memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada.

Salah satu jenis alat tangkap yang ada di Indonesia adalah bagan. Bagan  adalah alat penangkap ikan yang digolongkan ke dalam kelompok jaring angkat (liftnet). Ada beberapa jenis bagan di Indonesia, diantaranya bagan tancap, bagan rakit, bagan perahu dan bagan apung(bagan perahu). Seiring berkembangnya teknologi, nelayan lebih menyukai bagan apung. Tujuan penangkapannya berupa jenis-jenis ikan pelagis kecil. Bagian utama alat ini terdiri atas jaring bagan dan alat bantu berupa cahaya. Ikan-ikan yang bersifat fototaksis positif akan datang dan berkumpul di atas jaring di dalam areal cahaya. Jika diperkirakan jumlah ikan cukup banyak, jaring diangkat.

B.      Tujuan
Tujuan dilakukannya praktek kunjungan pada bagan perahu ini adalah agar kami sebagai Mahasiswa paham bagaimana metode pengoperasian alat tangkap bagan perahu ini, sehingga dalam penggunaannya sesuai dengan kondisi sumberdaya ikan yang ada dalam suatu perairan, Serta mengetahui ciri-ciri dari alat tangkap Bagan.


2.      TINJAUAN PUSTAKA

A. Bagan
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap pasif yang pengoperasiannya dilakukan dengan cara menurunkan dan mengangkat jaring secara vertikal. Daerah penangkapan bagan apung adalah daerah perairan dangkal sekitar pantai yang masih dapat dijangkau oleh jangkar, sehingga bagan dapat ditambatkan.
Jenis ikan hasil tangkapan utama bagan adalah ikan teri (Stolephorus sp.) dan rebon (Mysis sp.). Kedua jenis tangkapan tersebut merupakan organisme yang bersifat fototaksis terhadap cahaya. Hasil tangkapan sampingannya berupa ikan embang (Clupea sp.), layur (Trichiurus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), selar (Caranx sp.), cumi-cumi (Loligo sp.) dan sotong (Sephia sp.) (Monintja dan Martasuganda 1991).
Jaring angkat adalah suatu alat pengkapan yang cara pengoperasiannya dilakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Alat ini terbuat dari nilon yang menyerupai kelambu, ukuran mata jaringnya relatif kecil yaitu 0,5 cm. Bentuk alat ini menyerupai kotak, dalam pengoperasiannya dapat menggunakan lampu atau umpan sebagai daya tarik ikan. Jaring ini dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap atau dengan tangan manusia. Alat tangkap ini memiliki ukuran mesh size yang sangat kecil dan efektif untuk menangkap jenis ikan pelagis kecil. Kecenderungan jaring angkat bersifat destruktif dan tidak selektif. Contoh jaring angkat adalah bagan perahu atau rakit (boat / raft lift), bagan tancap, dan serok (scop net).

B. Perikanan Lampu ( Light Fishing )
Tertariknya ikan pada cahaya sering disebutkan karena terjadinya peristiwa fototaxis. Cahaya merangsang ikan dan menarik ikan untuk berkumpul pada sumber cahaya tersebut atau juga disebutkan karena adanya rangsangan cahaya, ikan kemudian memberikan responnya. Peristiwa ini dimanfaatkan dalam penangkapan ikan yang umumnya disebut light fishing atau dari segi lain dapat juga dikatakan memanfaatkan salah satu tingkah laku ikan untuk menangkap ikan itu sendiri. Dapat juga dikatakan bahwa dalam light fishing, penangkap ikan tidak seluruhnya memaksakan keinginannya secara paksa untuk menangkap ikan tetapi menyalurkan keinginan ikan sesuai dengan nalurinya untuk ditangkap. Fungsi cahaya dalam penangkapan ikan ini ialah untuk mengumpulkan ikan sampai pada suatu catchable area tertentu, lalu penangkapan dilakukan dengan alat jaring ataupun pancing dan alat-alat lainnya (Sudirman dan Mallawa, 2004).
Penggunaan lampu untuk penangkapan ikan di Indonesia dewasa ini telah sangat berkembang, sehingga di tempat-tempat yang terdapat kegiatan perikanan laut, hampir dapat dipastikan terdapat lampu yang digunakan untuk usaha penangkapan ikan. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian batas optimum kekuatan intensitas cahaya telah menjadi salah satu pokok bagian dari penelitian para ahli biologi laut kelautan. Ayodhyoa (1981) mengatakan agar light fishing dapat memberikan daya guna yang maksimal, maka diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
  • Mampu mengumpulkan ikan yang berada pada jarak jauh, baik secara horisontal maupun vertikal.
  • Ikan-ikan tersebut diupayakan berkumpul ke sekitar sumber cahaya.
  • Setelah ikan terkumpul, hendaklah ikan-ikan tersebut tetap senang berada dalam area sumber cahaya pada suatu jangka waktu tertentu ( minimum sampai saat alat tangkap mulai beroperasi ).
  • Pada saat ikan-ikan tersebut berkumpul di sekitar sumber cahaya, diupayakan semaksimal mungkin agar ikan-ikan tersebut tidak melarikan diri ataupun menyebarkan diri.
Dilihat dari tempat penggunaannya dapat dibedakan antara lain lampu yang dipergunakan di atas permukaan air dan lampu yang dipergunakan di dalam air. Menurut Ayodhyoa (1976) perbandingan antara lampu yang dipasang di atas permukaan air dengan lampu yang digunakan di bawah permukaan air adalah sebagai berikut :
a. Lampu yang dinyalakan di atas permukaan air :
1. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk menarik ikan berkumpul.
2. Kurang efisien dalam penggunaan cahaya, karena sebagian cahaya akan diserap oleh udara, terpantul oleh permukaan gelombang yang berubah-ubah dan diserap oleh air sebelum sampai kesuatu kedalaman yang dimaksud dimana swiming layer ikan tersebut berada.
3. Diperlukan waktu yang lama supaya ikan dapat naik ke permukaan air dan dalam masa penerangan, ikan-ikan tersebut kemungkinan akan berserak.
4. Setelah ikan-ikan berkumpul karena tertarik oleh sumber cahaya dan berada di permukaan, sulit untuk menjaga ikan tetap tenang, karena pantulan cahaya pada permukaan air yang terus bergerak.
b. Lampu yang dinyalakan di bawah permukaan air :
1. Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan ikan lebih sedikit.
2. Cahaya yang digunakan lebih efisien, cahaya tidak ada yang memantul ataupun diserap oleh udara, dengan kata lain cahaya dapat dipergunakan hampir seluruhnya.
3. Ikan-ikan yang bergerak menuju sumber cahaya dan berkumpul, lebih tenang dan tidak berserakan, sehingga kemungkinan ikan yang tertangkap lebih banyak.
Struktur lampu di dalam air sangat berbeda dengan lampu-lampu biasa yang digunakan di atas permukaan air. Penetrasi cahaya pada perairan sangat bergantung sekali terhadap kondisi perairan itu sendiri dan yang paling menentukan adalah warna laut dan tingkat transparansi air. Warna laut dalam hal ini berhubungan dengan jenis warna lampu yang dipancarkan dari lampu itu sendiri. Warna lampu yang sinarnya dapat menembus kedalaman tertinggi tentunya adalah warna lampu yang sejenis dengan warna perairan pada waktu itu dan juga tergantung pada kondisi perairannya. Semakin besar tingkat transparansi perairan semakin besar pula tingkat kedalaman penetrasi sumber cahaya. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa warna cahaya yang baik digunakan pada light fishing adalah biru, kuning dan merah (Sudirman dan Mallawa, 2004).

C. Kuat Dan Kemampuan Penglihatan Ikan Dalam Air
Cahaya yang masuk ke dalam air akan mengalami pereduksian yang jauh lebih besar bila dibandingkan dalam udara. Hal tersebut terutama disebabkan adanya penyerapan dan perubahan cahaya menjadi berbagai bentuk energi, sehingga cahaya tersebut akan cepat sekali tereduksi sejalan dengan semakin dalam suatu perairan. Pembalikan dan pemancaran cahaya yang disebabkan oleh berbagai partikel dalam air, keadaan cuaca dan gelombang banyak memberikan andil pada pereduksian cahaya yang diterima air tersebut. Dengan demikian daya penglihatan ikan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut (Gunarso, 1985).
Kemampuan mengindera dari mata ikan memungkinkan untuk dapat melihat pada hampir ke seluruh bagian dari lingkungan sekelilingnya. Hanya suatu daerah sempit pada bagian sebelah belakang ikan yang tidak dapat dicakup oleh luasnya area yang dapat dilihat oleh ikan, daerah sempit ini dikenal sebagai “dead zone.” Sedangkan untuk jarak penglihatan, tidak hanya tergantung pada sifat indera penglihat saja, tetapi juga pada keadaan penglihatan di dalam air. Pada kejernihan yang baik dan terang maka jarak penglihatan untuk benda-benda yang kecil tergantung pada kemampuan jelasnya penglihatan mata, misalkan pada jarak dimana titik-titik yang letaknya bersekatan, dapat dibedakan sebagai dua titik dan tidak sebagai satu titik ataupun kabur kelihatannya. Dalam keadaan tertentu, beberapa jenis ikan yang berukuran besar mempunyai kemampuan untuk bisa melihat benda-benda yang agak besar dan berwarna kontras dengan latar belakangnya pada jarak beberapa puluh meter. Anak-anak ikan mempunyai daya penglihatan yang sangat dekat. Seekor anak ikan atherina berukuran 2 cm dapat membedakan benda-benda pada jarak 20 cm, sedangkan yang berukuran 0,8 cm hanya mampu membedakannya pada jarak 6-8 cm. Dalam keadaan perairan yang keruh, kemampuan daya penglihatan ikan pada suatu objek yang terdapat di dalam air akan sangat jauh berkurang. Namun tidaklah mengherankan beberapa jenis ikan mampu mempertahankan hidupnya ketika mata ikan tersebut menjadi buta (Gunarso, 1985).
Berbagai jenis ikan yang banyak dijumpai pada lapisan air yang relatif dangkal, banyak menerima cahaya matahari pada waktu siang hari dan pada umumnya ikan-ikan yang hidup di daerah tersebut mampu membedakan warna sama halnya dengan manusia sedangkan beberapa jenis ikan yang hidup di laut dalam, dimana tidak semua jenis cahaya dapat menembus, maka banyak diantara ikan-ikan tersebut tidak dapat membedakan warna atau buta warna. Ketajaman warna yang dapat dilihat oleh mata ikan juga merupakan hal penting. Pada kenyataannya, sesuatu yang mampu diindera oleh mata ikan memungkinkan ikan tersebut untuk dapat membedakan benda-benda dengan ukuran tertentu dari suatu jarak yang cukup jauh. Semakin kabur tampaknya suatu benda bagi mata ikan, maka hal tersebut menyatakan bahwa kemampuan mata ikan untuk menangkap kekontrasan benda terhadap latar belakangnya semakin berkurang (Gunarso, 1985).
Ikan sebagaimana jenis hewan lainnya mempunyai kemampuan yang mengagumkan untuk dapat melihat pada waktu siang hari yang berkekuatan penerangan beberapa ribu lux hingga pada keadaan yang hampir gelap sekalipun. Struktur retina mata ikan yang berisi reseptor dari indera penglihat sangat bervariasi untuk jenis ikan yang berbeda. Pada ikan teleostei memiliki jenis retina duplek, dengan pengertian bahwa dalam retina ikan tersebut terdapat dua jenis reseptor yang dinamakan rod dan kon. Pada umumnya terjadi distribusi yang berbeda dari kedua jenis reseptor tersebut, yang biasanya erat hubungannya dengan pemanfaatan indera penglihatan ikan dalam lingkungan hidupnya. Untuk berbagai jenis ikan pelagis sebagaimana dijumpai pada berbagai jenis ikan dari keluarga Clupeidae, ikan-ikan tersebut memiliki pengkonsentrasian kon yang sangat padat pada area antara ventro-temporal yang dibatasi oleh “area temporalis”. Pada Sardinops caerulea dan Alosa sapidissimn, area temporalis tersebut sangat jelas dan bahkan pada jenis ikan ini reseptor hampir seluruhnya hanya terdiri dari kon saja, rod hampir tidak ada atau tidak ada sama sekali (Gunarso, 1985).
Jenis ikan yang aktif pada siang hari, umumnya mempunyai kon yang tersusun dalam bentuk barisan ataupun dalam bentuk empat persegi. Pada umumnya ikan-ikan yang memiliki kon dalam bentuk seperti ini adalah jenis ikan yang intensif sekali menggunakan indera penglihatnya, biasanya ikan-ikan tersebut termasuk dalam jenis ikan yang aktif memburu mangsa. Untuk jenis-jenis ikan yang aktif pada malam hari atau jenis ikan yang hidup pada lapisan dalam, banyaknya kon sangat kurang atau tidak ada sama sekali dan kedudukan kon tersebut digantikan oleh rod (Gunarso, 1985).
Retina dengan seluruh reseptornya terdiri dari rod banyak dijumpai pada jenis-jenis ikan bertulang rawan, walau beberapa diantaranya masih dijumpai adanya kon pada retina mata ikan-ikan tersebut. Retina yang keseluruhannya terdiri dari rod juga banyak dijumpai pada berbagai ikan teleostei yang hidup di laut dalam. Hasil penghitungan banyaknya rod pada beberapa jenis ikan laut dalam, menunjukkan jumlah yang lebih dari 25 juta rod/mm retina. Hal ini menunjukkan bahwa mata jenis ikan laut demersallah yang mempunyai tingkat sensitifitas tertinggi. Ikan-ikan pelagis yang memangsa makanannya yang berupa plankton, pada umumnya jenis ikan ini mempunyai distribusi kon yang sangat padat pada bagian ventro-temporal yang menunjukkan kemampuan untuk melihat kedepan dan ke arah atas. Sedangkan jenis ikan pelagis yang berasal dari perairan yang cukup dalam biasanya justru mempunyai retina yang seluruhnya dipenuhi oleh rod saja dan bentuk mata ikan-ikan tersebut cukup besar. Diantara jenis ikan demersal yang biasanya memburu mangsa, memiliki retina yang kaya akan kon pada bagian temporal, tapi terjadi perbedaan yang mencolok sehubungan jumlah kon pada bagian-bagian retina yang lain, seperti halnya pada jenis predator pelagis yang mempunyai kemampuan melihat arah lurus ke depan. Contoh untuk jenis ikan ini antara lain adalah Cod, Coalfish dan keluarga Labridae (Gunarso, 1985)

3. METODE PRAKTEK
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam menyusun laporan ini adalah sebagai berikut:
1.      Observasi (Pengamatan Langsung)..
2.      Metode penelitian  yang digunakan pada praktikum ini adalah metode deskripsi yang mana memaparkan data-data yang diperoleh lewat tabel, gambar dan penjelasan yang didapat dalam pelaksanaan kunjungan praktek.

A.  Waktu dan tempat
 1.  Waktu dan  Tempat Kunjungan
Waktu kunjugan dilaksanakan yaitu pada :
Hari/ Tanggal    :  Sabtu – minggu, 04  Juni 2011 sd 05 Juni 2011
Waktu                :  pukul 17.00 sampai dengan Pukul 06.30
Tempat               : Kapal Bagan milik Juragan bagan “Umar”.
2.      Keadaan Umum Lokasi Praktikum
Di sekitaran perairan Arar Gas, Di mana disana terlihat banyak terdapat tanaman bakau yang membentuk pulau-pulau kecil, juga bagus sebagai tempat fishing ground bagi ikan-ikan pelagis.
B.        Alat Dan Bahan
alat dan bahan yang kami bawa dalam pelaksanaan berupa, Hp, Alat tulis, buku, air minum, beras,gula,susu,kopi, rokok, minyak goreng, dn lain-lain.
  1. 3.      HASIL DAN PEMBAHASAN
 A. Deskripsi Alat Tangkap
Pemilik Bagan perahu yang kami kunjungi ini adalah seorang juragan bagan yang bernama Umar. Berbeda halnya dengan dengan bagan apung biasa, Bagan ini memiliki ukuran yang lebih besar dan konstruksinya tampak lebih kokoh serta jumlah lampu yang digunakan yaitu sebanyak 24 unit lampu. Satu unit bagan ini terdiri atas beberapa komponen utama yang saling terkait satu sama lain. Komponen tersebut adalah : perahu, rangka semang, Tiang Perahu, bingkai jaring, roller, generator set (genset),lampu, dan rumah bagan.
  1. Perahu
    Satu unit bagan ini terdiri atas dua perahu, yaitu perahu utama (main boat) dan perahu pengantar. Perahu utama berfungsi sebagai penyangga bagunan bagan dan tempat semua proses penangkapan dilaksanakan. Perahu utama berbentuk pipih memanjang dengan dimensi Panjang bagan 17×17 meter, Lebar Badan 2 m, Tinggi 4 m,dan lebar masing-masing semang yaitu semang kiri 7,5 meter dan semang kanan 7,5 meter, dimana bentuk haluan dan buritan sama. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu Linggua, dan kayu besi. Perahu ini dilengkapi dengan jangkar beton dengan ukuran panjang 1,5 meter dan berat kurang lebih 150 kg.
Kapal ini tidak dilengkapi dengan mesin penggerak. Perahu pengantar merupakan perahu penarik (towing boat) yang berfungsi menarik bagan dari fishing base ke fishing ground atau dari fishing ground yangsatu ke fishing ground lainnya dan kembali ke fishing base. Perahu pengantar ini juga digunakan sebagai pengangkut hasil tangkapan, mengantar jemput nelayan, dan membawa bahan dan perlengkapan kebutuhan operasional bagan dari fishing base ke fishing ground dan sebaliknya. Perahu ini berbentuk memanjang dengan dimensi Panjang Perahu 8 meter, Lebar badan 1 meter. Jenis mesin yang digunakan adalah mesin dengan berkekuatan 24 PK dengan 1 baling-baling, dan mesin ini menggunakan bahan bakar minyak tanah yang dicampur dengan oli
.
  1. Semang
    Semang bagan ini dirangkai pada sisi kiri dan kanan kapal utama.Ukuran semang bagan yang digunakan 17 x 17 meter.Fungsi rangka pada Semang ini adalah : sebagai penyeimbang kapal, tempat menggantung jaring, menjaga keseimbangan perahu, tempat untuk melakukan setting dan hauling, tempat menggantungkan lampu, tempat dudukan roller, dan kegiatan lainnya (perbaikan jaring, sortir hasil tangkapan, memancing). Semang bagan perahu ini ditahan dengan 2 buah tiang terbuat dari kayu yang dipasang pada bagian tengah perahu utama. Tiang ini berbentuk persegi panjang dengan panjang masing-masing 6 meter, dan berdiameter 15 cm tempat mengikat kawat baja (Tali tamberan) sebagai penyangga rangka bagan. Jumlah kawat baja yang digunakan 100 buah dengan panjang setiap kawat baja berkisar 6 m, bergantung pada jarak tiang dengan rangka bagan. Pemasangan kawat baja diusahakan menyebar agar kedudukan semang bagan lebih kuat, dan rata.

  1. Lampu
    Lampu yang digunakan bagan ini adalah lampu mercury dan lampu pijar. Banyaknya lampu yang digunakan adalah 24 unit lampu. Jumlah watt dan warna lampu bagan yang digunakan selama beroperasi adalah lampu 20 volt, 24 volt hingga 160 volt. dengan menggunakan warna kuning dan putih. 4 buah Lampu warna kuning 160 volt, lampu di pasang setinggi 4 m di bagian depan, dan belakang kapal.  8 buah lampu warna putih dipasang setinggi 3 m pada rangka kapal menghadap ke depan. Lampu bagian luar depan ini berfungsi menarik kawanan ikan pada jarak yang jauh. 8 buah lampu warna putih masing-masing 20 volt dan 24 volt ditempatkan di bawah rangka bagan dan berfungsi mengkonsentrasikan ikan di catchable area. Setiap bola lampu dilengkapi dengan reflektor terbuat dari wajan (aluminium)/seng plat dengan diameter 30 cm, kecuali lampu fokus ditempatkan dalam wadah berbentuk silender yang menurut para ABK bagan dinamakan dengan tabung kode agar cahaya lampu terfokus pada perairan. Total jumlah lampu yang digunakan pada bagan perahu ini adalah 20 buah dan 4 buah lampu sebagai cadangan.
  1. 4.      Rumah Bagan
Rumah bagan pada bagan apung (bagan perahu) ini di tempatkan di atas perahu utama dan berbentuk 4 persegi panjang dengan ukuran panjang 3 meter, lebar 2 meter dan tinggi 1,5 meter. Rumah bagan ini berfungsi sebagai tempat istirahat, tempat panel lampu dan saklar, genset, dan peralatan lainnya.
  1. Roller
    Terdapat 3 (tiga) jenis pemutar, yaitu :
    1. Roller untuk bingkai jaring, berfungsi untuk menurunkan atau menarik bingkai jaring pada saat setting dan hauling. Roller ini dipasang pada sisi kiri dan kanan bagian tengah rangka bagan, tingginya 1 m. Panjang tali roller ini antara 20 ampai 25 meter. Ukuran diameter tali roller 2 cm terbuat dari bahan polyethylen (PE). tangkai untuk memutar roller masing-masing 2 buah dengan panjang 1 meter, roller untuk bingkai jaring berjumlah 4 buah.
    2.  Roller untuk tali jangkar, berfungsi untuk menurunkan dan menarik tali jangkar. Roller ditempatkan pada bagian depan perahu utama,
      panjangnya 1,5 m, tinggi 1 m. Pada roller ini dibuat handle pemutar (tangkai untuk memutar roller) sebanyak 2 buah pada masing-masing sisi luar yang panjang pemegangnya 1 m. Pada roller ini disiapkan tali jangkar dengan panjang sekitar 300 meter yang terbuat dari bahan polyethylen (PE).
    3. Roller pemberat, berfungsi untuk menarik dan menurunkan batu arus. Batu arus ini beratnya 25-30 kg berfungsi untuk menahan bingkai jaring pada saat arus kencang sehingga bingkai jaring tetap berada di bawah rangka bagan. Roller pemberat berjumlah 4 buah, 2 buah di depan dan 2 buah dibelakang. Tinggi roller 50 cm, dan panjang 60 cm. Tali yang digunakan pada roller ini terbuat dari polyethylen (PE) dengan panjang 50 m.
  1. Jaring
    Bingkai jaring berbentuk segi empat terbuat dari kayu papan dan bambu dengan panjang 7 m. Kayu dan bambu ini disambung satu dengan yang lain sesuai dengan panjang dan lebar mulut jaring dan rangka bagan. Bingkai jaring berfungsi sebagai tempat mengikat jaring, pemberat, dan tali penggantung yang dihubungkan dengan roller jaring. Pada setiap sudut bingkai jaring diikatkan batu, demikian juga sisi bingkai jaring diikatkan 3 buah batu yang beratnya 15 . 20 kg.
Jaring pada bagan ini berbentuk seperti kelambu terbalik dan terbuatdari bahan waring hitam (polypropylene). Bagian tepi jaring dipasang tali ris terbuat dari bahan polyethylen (PE) sebagai penguat pinggiran jaring. Mesh size 5 mm(0,5 cm). Jaring diikatkan pada bingkai jaring dengan ukuran panjang, lebar dan dalam masing-masing 25 x 25 x 13 m.
  1. Genset
    Sumber tenaga untuk menyalakan lampu pada bagan ini menggunakan genset yang dipasang dalam lambung kapal. Kapasitas daya genset yang digunakan 5 KVA, dengan daya kerja maksimum 2400 rpm 24 pk.
  1. Alat bantu Lainnya
Peralatan lain yang ada pada bagan ini adalah alat bantu dalam memperlancar operasional antara lain Pelampung, radio komunikasi (HP), keranjang, peti, dan serok. Keranjang berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir. bagan mempunyai 20 buah keranjang. Selain alat tersebut di atas, alat lain adalah serok yang berfungsi mengangkat hasil tangkapan dari jaring ke atas perahu. Serok ini mempunyai ukuran panjang 3 meter dengan diameter bukaan mulut 50 cm, dan tinggi jaring 60 cm dengan mesh size 0,5 cm terbuat dari bahan poliethylen.

B. Persiapan Operasi Penangkapan
1. Persiapan di Darat
Persiapan di darat sebelum melaut antara lain ;
  1. Perahu pengantar
  2. Minyak tanah 30 liter dicampur oli sebagai bahan bakar.
  3. Solar 30 liter, untuk bahan bakar Genset.
  4. Alat Pancing
  5. Air minum, minyak goreng, rokok, beras, bumbu dapur.
  6. Jumlah ABK 3 orang ditambah ABK yang berada di kapal utama 2 orang, jadi jumlah ABK keseluruhan 5 orang.
         2. Persiapan Di Laut
Persiapan di laut yaitu Penentuan tempat Fishing ground sebagai daerah operasi  penangkapan, dengan menggunakan perahu pengantar. Kemudian menyiapkan alat dan bahan yang di perlukan untuk melakukan  pengoperasian alat. Apabila hari sudah malam Lampu dinyalakan, yaitu lampu bagian depan kapal yang berjumlah 10 unit lampu. Dalam hal ini untuk mengajak ikan berkumpul, memerlukan waktu hingga ikan-ikan mendekati bagan. Kemudian adapun persiapan lain yang dilakukan adalah sebagai berikut :
  1. Persiapan Pemasangan Lampu di bagian sisi kiri dan kanan bagan
  2. Mempersiapkan alat pancing (hand Line), dan memancing ikan-ikan yang berada di sekitar bagan.
  3. Memantau ikan-ikan masuk ke bagan dan menyalakan lampu pada sisi-sisi bagan.
C. Operasi Penangkapan
1. Setting
Setting dilakukan 2 kali, yaitu pada malam hari dan pada subuh hari.
  1. Setting Pertama
Penurunan Jaring pertama dilakukan pada pukul 24.00 malam atau pada jam 12 malam, proses dilakukannya setting selama 4 menit, yaitu dari menurunkan jaring dengan memutar alat penggulung tali jaring oleh ABK, membuka bingkai jaring, menurunkan batu arus, menurunkan pemberat, hingga pemasangan dan menyalakan lampu pada sisi-sisi tengah bagan.
  1. Setting Kedua
Penurunan jaring Kedua dilakukan pada hari minggu dini hari pukul 05.00 pagi atau pada jam 5 pagi. Proses settingnya selama 4 menit, yaitu sama prosesnya seperti pada setting yang pertama, dari menurunkan jaring dengan memutar alat penggulung tali jaring oleh ABK, membuka bingkai jaring, menurunkan batu arus, menurunkan pemberat, hingga pemasangan dan menyalakan lampu pada sisi-sisi tengah bagan.
2. Perendaman
a. Perendaman pada Setting Pertama
Perendaman pada setting pertama dilakukan dari pukul 24.04 malam sampai dengan pukul 24.34 malam, jadi lamanya perendaman yaitu selama 30 menit. Adapun ikan-ikan yang pertama muncul yaitu ikan make, kemudian disusul ikan Ochi, ikan maskada, dan kemudian ikan Puri. Kedalaman perendaman jaring adalah 15 meter.
  1. Perendaman pada Setting Kedua
Perendaman pada setting kedua dilakukan dari pukul 05.04 pagi sampai dengan pukul 05.36 pagi, jadi lamanya perendaman yaitu selama 32 menit. Dangan kedalaman jaring pada saat perendaman yaitu 15 meter.
3. Houling
Houling (pengangkatan jaring) pada setting Pertama dilakukan pada pukul 24.34 malam sampai pukul 24.40 malam, sehingga lamanya houling pada setting pertama yaitu 6 menit. Sedangkan untuk houling pada setting kedua dilakukan pada pukul 05.36 pagi sampai pukul 05.44 pagi, sehingga lamanya houling pada setting kedua yaitu 8  menit.
  • Hal-hal yang dilakukan sebelum houling :
Apabila sudah terdapat banyak ikan yang berkumpul dibawah bagan atau permukaan air, lampu mercury akan di padamkan satu per satu atau lampu di matikan secara bergilir, sehingga menyisakan satu lampu yang menyala, Ini berfungsi untuk menarik ikan ke permukaan yang menyala. Satu lampu ini di masukan ke dalam suatu wadah atau tempat yang dinamakan dengan lampu kode. Lampu ini berdaya 8 watt. Lampu kode ini berfungsi untuk meredupkan dan mengfokuskan cahaya pada daerah tertentu, sehingga ikan-ikan akan berkumpul bergerombol semakin mendekati daerah tersebut. Dengan demikian jaring diangkat dan ikan-ikan akan terjerat di dalam jaring.

D. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan ikan.
 No.
Houling Pertama
Nama Ikan
Nama Latin
Jumlah Tangkapan
1.
Ikan Puri
Stolephorus sp
3 keranjang(basket)
2.
Ikan maskada(make)
Sardinella sp
4 keranjang
No.
Houling Kedua
Nama Ikan
Nama Latin
Jumlah Tangkapan
1.
Ikan make
Sardinella sp
2 keranjang
2.
Ikan Puri
Stolephorus sp
4 keranjang
Total Tangkapan               =              13 Keranjang

Dari tabel hasil penangkapan ikan yang didapat di atas kita bisa melihat bahwa ikan didapat yaitu ikan puri (Stolephorus sp) dan ikan maskada(make), dengan total tangkapan untuk ikan Puri sebanyak 7 keranjang, dan ikan make sebanyak 6 keranjang dari 2 kali operasi penangkapan. Di mana pada houling pertama hasil tangkapan untuk ikan puri adalah sekitar 3 keranjang, dan houling keduanya adalah 4 keranjang. Sedangkan untuk hasil tangkapan ikan make pada houling pertama hasil tangkapannya adalah 4 keranjang, dan houling keduanya sekitar 2 keranjang, sehingga total hasil tangkapn ikan adalah sebanyak 13 keranjang.

E. Kondisi Meteorologi dan Oseanografi pada Perairan
Adapun kondisi perairan pada sore hari cuaca cerah, dengan angin yang bertiup sedang, dan kecepatan arus kecil serta gelombang kecil. begitu pula pada malam hari cuaca sangat baik untuk melakukan pengoperasian alat tangkap, angin bertiup sedang(agak kencang) dan kecepatan arus sedang (agak kencang) serta gelombang kecil. Kemudian pada subuh dini hari keadaan cuaca hujan gerimis, angin bertiup sedang, dan kecepatan  arus sedangagak kencang) serta gelombang yang kecil. 

5.      PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Untuk ukuran bagan yang kami kunjungi memiliki dimensi panjang 17 meter, dengan lebar badan 2 meter, panjang semang/sayap kiri dan kanan masing-masing 17 meter dan lebar semang/sayap kiri dan kanan masing-masing adalah 7,5 meter, kemudian untuk jumlah anak buah kapal (ABK) adalah 5 orang.
Untuk pengoperasian alat tangkap bagan, setting dilakukan sebanyak 2 kali, setting Pertama dilakukan pada pukul 24.00 malam, proses penurunan jaring selama 4 menit,dengan perendaman jaring selama 30 menit pada kedalaman perendaman 15 meter, dan houling pada pukul 24.34 malam. Kemudian untuk setting yang kedua dilakukan pada pukul 05.00 pagi, proses settingnya selama 4 menit, dengan kedalaman perendaman 15 meter dan lama perendaman selama 32 menit, serta houlingnya pada pukul 05.36 pagi.
Adapun hasil ikan yang di peroleh dalam penangkapan yaitu ikan make sebanyak ± 6 basket (keranjang), dan ikan Puri sebanyak ± 7 basket, sehingga total hasil tangkapan ikan pada praktek kunjungan ini adalah sebanyak ± 13 keranjang.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, M.I. 1979. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Tama. Yogyakarta.
Mallawa Achmar, and Sudirman. Tehnik Penangkapan Ikan. 2004. Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar