I.PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pemanfaatan sumberdaya perikanan
dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, mengikuti permintaan yang
cenderung terus bertambah, baik jumlah maupun jenisnya. Meningkatnya upaya
sumberdaya perikanan mendorong berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing tactics)
untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien (tadjuddah,2009).
Keberadaan alat penangkapan ikan di
indonesia ini sudah berkembang pesat, dengan berbagai macam alat tangkap yang
telah dimiliki sudah beredar diseluruh sektor perikanan indonesia. Diantaranya
adalah pancing, payang dan purse seine. Dari alat-alat tersebut termasuk dalam
golongan alat yang ramah lingkungan, sehingga alat tersebut digunakan sebagai komoditas
utama dan bernilai ekonomis tinggi.
Pemanfaatan
sumberdaya hayati laut tidak lepas dari kegiatan operasi penangkapan ikan yang
melibatkan berbagai unit penangkapan ikan, unit penangkapan ikan yang
berkembang saat ini cukup bervariasi mulai dari yang berukuran kecil seperti
tombak, serok dan pancing sampai alat tangkap yang berukuran besar seperti
trawl, purse seine, rawai tuna serta payang. Payang merupakan salah satu unit
penangkapan ikan yang umum dikenal dan dioperasikan hampir di seluruh perairan
indonesia (Irnawati,2004).
1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud
dari praktikum metode penangkapan ikan adalah agar para praktikan mengetahui
mengetahui jenis-jenis alat tangkap serta metode dan teknik pengoperasian alat
tangkap.
Tujuan
dari praktikum metode penangkapan ikan adalah untuk memperkenalkan kepada para
praktikan mengenai jenis alat tangkap serta metode dan teknik alat tangkap.
1.3
Waktu dan Tempat
Praktikum metode
penangkapan ikan ini dilaksanakan pada hari sabtu, 19 Mei 2012 pukul 07.30
sampai 12.00 WIB dan bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi
kabupaten Trenggalek propinsi Jawa Timur.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ALAT TANGKAP PURSE
SEINE
2.1.1 Klasifikasi Berdasarkan FAO
Menurut
klasifikasi atau penggolongan alat penangkapan ikan dunia yang distandarisasi
oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), purse seine termasuk
kelompok jaring lingkar (surrounding net). Jaring lingkar menurut FAO
terdiri dari jaring (lingkar) yang bertali kerut dan jaring (lingkar) tanpa
tali kerut. Purse seine yang disingkat PS dimasukkan kelompok jaring
lingkar bertali kerut dengan kode 01.01.00, sedangkan Lampara yang disingkat LA
dimasukkan kelompok jaring lingkar tanpa tali kerut dengan kode 01.2.0.
Sebuah
Tinjauan purse seine terbuat dari dinding panjang jaring dibingkai dengan
floatline dan leadline (biasanya, dengan panjang yang sama atau lebih panjang
dari mantan) dan memiliki cincin tas gantung dari tepi bawah gigi, yang
berjalan melalui garis tas yang terbuat dari kawat baja atau tali yang
memungkinkan mengerucutkan gawang. Untuk sebagian besar situasi, itu adalah
peralatan yang paling efisien untuk menangkap spesies pelagis besar dan kecil
yang shoaling.
Para seines
tas dapat dioperasikan oleh satu atau dua kapal. Paling biasa adalah purse
seine dioperasikan oleh sebuah perahu tunggal, kapal purse seine, dengan atau
tanpa perahu tambahan. Ikan OperationSearching untuk agregasi ikan, kemudian
memeriksa (bila mungkin) spesies ikan dan ukuran sekolah mengevaluasi dan
catchability nya, sebelum sekitarnya adalah bagian utama dari operasi purse
seine. Para purse seine diatur sekitar sekolah terdeteksi ikan. Setelah itu,
bersih ditutup di bawah sekolah dengan pengangkutan garis tas berjalan melalui
cincin (mengerucutkan). Instrumen Hydroacoustic, seperti sonars adalah alat
penting untuk menemukan agregasi ikan. Juga umum adalah penggunaan
"alami" tanda-tanda agregasi ikan (sering diamati dengan teropong)
untuk memulai dengan operasi penangkapan ikan, seperti konsentrasi burung laut,
mengacak-acak permukaan air dan kehadiran kelompok-kelompok lumba-lumba. Buatan
"Ikan Agregasi Devices" (FAD) dan atraksi ringan digunakan di
beberapa perikanan berkonsentrasi spesies pelagis fish.Target SpeciesAggregated
(sekolah) dari semua ukuran dari ikan sarden kecil untuk tuna yang besar
(Skipjack tuna, Yellowfin tuna).
2.1.2
Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 06/Men/2010
Kelompok
jenis alat penagkapan ikan jarring lingkar adalah kelompok alat penangkapan
ikan berupa jarring berbentuk empat
persegi panjang yang terdiri dari sayap,badan, dilengkapi pelampung, pemberat,
tali ris atas, tali ris bawah dengan atau tanpa tali kerut/pengerut dan bagian salah
satu bagiannya berfungsi sebagai kantong yang pengoperasiannya melingkari
gerombolan ikan pelagis (SNI 7277.3:2008).
Jenis, ssebutan,singkatan, pengkodean dan gambar
·
Jenis alat tangkap ikan jarring lingkar (surrounding
nets) : 01.0.0
1.
Jaring lingkar bertali kerut (With purse lines/Purse seine), PS, 01.1.0:
a.
Pukat cincin dengan satu kapal (One boat operated purse seines),PS1,01.1.1:
1)
Pukat cincin pelagis kecil dengan satu kapal, PS1-K, 01.1.1.1
2)
Pukat cincin pelagis besar dengan satu kapal, PS1-B, 01.1.1.2
Gambar
1. Pukat cincin dengan satu kapal (One boat operated purse seines)
b.
Pukat cincin dengan dua kapal (Two boat operated purse seines),
PS2,01.1.2:
1)
Pukat cincin grup pelagis kecil, PS2-K, 01.1.2.1
2)
Pukat cincin grup pelagis besar, PS2-B, 01.1.2.2
(google image,
2012)
Gambar
2. Pukat cincin dengan dua kapal (Two boat operated purse seines)
2.
Jaring lingkar tanpa tali kerut (Without purse lines/Lampara): LA, 01.2.0
(google image,
2012)
Gambar
3. Jaring lingkar tanpa tali kerut (Without purse lines/Lampara)
Menurut
Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. PER.06/MEN/2008 Tentang Penggunaan Alat
Penangkap Ikan Pukat Hela Di Perairan Kalimantan Timur Bagian Utara Pukat Hela adalah semua jenis
alat penangkapan ikan berbentuk jaring berkantong, berbadan dan bersayap yang
dilengkapi dengan pembuka jaring yang dioperasikan dengan cara ditarik/dihela
menggunakan satu kapal yang bergerak sedangkan Kapal Pukat Hela adalah kapal penangkap ikan yang menggunakan alat
penangkapan ikan pukat hela.
2.1.3
Spesifikasi Alat Tangkap
Pada
garis besarnya jaringan purse seine terdiri dari kantong (bag bunt), badan
jaring, tepi jaring, pelampung (float corck), tali pelampung (crock line ,
float line), sayap (wing), pemberat (singker, lead), tali penarik (purse line),
tali cincin (purs ring), dan selvage.(Sudirman dan Malawa,2004)
Ikan yang menjadi tujuan
utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling
Species”, yang berartiikan ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan),
berada dekat dengan permukaan air sea surface dan sangatlah diharapkan pula
agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya
haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan
volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapa dipikirkan
sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang
dipergunakan.Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa
dan sekitarnya adalah :Layang (Decapterussp), bentang, kembung (Rastrehingersp)
lemuru (Sardinellasp), slengseng, cumi-cumi (Loligosp) dan lain-lain (Subani dan
Barus, 1989).
(google
image,2012)
Gambar 4. Spesifikasi jarring purse
seine
2.1.4
Metode dan teknik pengoperasian alat tangkap
One Boat System, dibandingkan dengan
two boat system, cara operasi lebih mudah (tidak terlalu compicated). Pada
operasi malam hari, lebih mungkin menggunakan lampu untuk two boat system lebih
cenderung hanya untuk menangkap jenis-jenis ikan yang bergerak (mobile) dengan pergerakan
yang cepat pada siang hari. Memungkinkan pemakaian kapal yang lebih besar,
dengan demikian area operasi akan menjadi lebih luas. Pengaruh cuaca relatif
kecil (lebih dapat dikuasai), dengan demikian jumlah operasi akan lebih banyak.
Menarik jaring, mengangkat jaring,
mengangkat ikan, dan lain-lain pekerjaan di dek memungkinkan dimekanisir,
dengan demikian kerja akan lebih efisien.( Sudirman dan Malawa,2004).
Two Boat System, teoretis waktu yang diperlukan untuk
melingkari gerombolan ikan akan menjadi sekitar seperdua dari waktu yang
diperlukan oleh one boat system. Oleh karena gerombolan ikan mudah dilingkari
dan dapat dilakukan dengan cepat, diharapkan akan mengakibatkan catch yang
besar. Sifat-sifat ikan, kondisi fishing ground (angin, arus, gelombang, dan
lain sebagainya), kondisi saat operasi, dan sebagainya akan mempengaruhi
penentuan system yang akan dipakai. Dalam hal-hal tertentu, two boat terkadang
mendapatkan catch yang lebih besar. Meskipun telah kita coba membandingkan
antara one boat system dengan two boat system, dalam pemilihan type mana yang
akan dipakai, masihlah banyak hal-hal yang diperhitungkan. Kondisi fishing ground, jumlah crew, skill dari crew,
dan lain-lain sebagainya, akan memberikan pengaruh. Tidaklah dapat dikatakan mutlak bahwa one
boat systtem akan unggul dibandingkan dengan two boat system, karena faktor
ekonomi dan sosial akan menjadi penentu terakhir.( Sudirman dan Malawa,2004)
2.1.5 Alat Bantu Penangkapan
·
Teknik
Operasi menggunakan Alat bantu cahaya
Berbeda
halnya dengan mengejar gerombolan ikan, penangkapan ikan dengan purse seine
yang menggunakan alat bantu cahaya, maka pengejaran gerombolan ikan tidak perlu
dilakukan karena pelingkaran jaring hanya berada pada sekitar cahaya lampu.
Dengan demikian, penangkapan dengan bantuan cahaya hanya dapat dilakukan pada
malam hari dibulan gelap.( Sudirman dan Malawa,2004)
(google image,
2012)
Gambar 5. Alat bantu dengan cahaya
·
Teknik
operasi dengan menggunakan rumpon
Menggunakan
rumpon juga tidak perlu lagi mencari gerombolan ikan, karena rumpon juga tidak
perlu lagi mencari gerombolan ikan, karena gerombolan ikan diharapkan telah
beerkumpul disekitar rumpon.rumpon yang dilepas dipermukaan laut akan terbawa
oleh arus. Lalu melingkari gerombolan ikan yang ada dibawah rumpon. Lalu
menarik tali kolor dari jaring. Setelah jaring bagian bawah telah tertutupi
maka rumpon tadi dikeluarkan dari jaring dan dikembalikan ke tali pelampung
seperti semula.( Sudirman dan Malawa,2004)
(google image,
2012)
Gambar 6. Alat bantu Rumpon
2.1.6
Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Penangkapan ikan telah berlangsung
ribuan tahun. Hingga kini, ikan masih menadi sumber pangan utama di seluruh
dunia. Kapal penangkap ikan komersial menggunakan jala besar untuk menangkap
ribuan ekor ikan sekali tangkap. Panjang jala drift atau gill mencapai beberapa
kilometer. Ikan berenang menuju jala itu, kemudian terjebak. Namun, lumba-lumba
dan burung laut juga sering kali terjerat. Jala trawl menangkap ikan yang di
perairan tengah dan dalam. Ikan yang hidup dekat dengan permukaan laut
ditangkap dengan jala purse seine.Kawasan besar ikan tuna sirip biru hidup di
Samudera Atlantik bagian utara. Ikan ini ditangkap dengan jala purse seine
(Nicholas,2006).
Sumberdaya perikanan pelagis kecil
di Laut Jawa didominasi oleh ikan layang (Decapterus spp) yang terdiri
dari 2 (dua) jenis, yakni Decapterus russelli (Rupell, 1928) dan Decapterus
macrosoma (Bleeker, 1851) dan mempunyai peranan penting dan mempunyai nilai
ekonomis didalam perikanan purse seine sehingga banyak dicari dan ditangkap
oleh armada purse seine sebagai target utama hasil tangkapan (Ambar,2007).
2.1.6.1
Klasifikasi
Ikan Beserta Gambar Ikan
1. klasifikasi
pada cumi-cumi adalah sebagai berikut:
Nama
: cumi-cumi/squid _family Loliginidae
Nama
local : cumi-cumi
(google image,
2012)
Gambar 7. Gambar cumi-cumi
Spesies : Loligo indica
Spesies : Loligo indica
Sumber : (Asatrio, 2009)
2.
Klasifikasi ikan cakalang adalah sebagai berikut:
Nama
: Ikan cakalang/tuna_family Scombridae
Nama
local : Ikan cakalang
(google image,
2012)
Gambar 8. Ikan cakalang
Spesies : Katsuwonus pelamis
Spesies : Katsuwonus pelamis
Sumber : (Skillman
dan Dizon, 1985)
3.
Klasifikasi ikan tuna adalah sebagai berikut:
Nama
: Ikan tuna/ Bluefin Tuna_family Scombridae
Nama local : Ikan tuna
(google image,
2012)
Gambar 9. Ikan Tuna
Spesies : Thunnus albacore (Albacore)
Spesies : Thunnus albacore (Albacore)
Sumber : (Rian, 2010)
4. Klasifikasi ikan tongkol adalah sebagai berikut:
Nama :
ikan tongkol/ skipjack tuna
_family Scombridae
Nama local : tongkol Komo, mangkok, Ambu-Ambu, Tongkok Kurik, Sembak
(google image,
2012)
Gambar
10. Ikan Tongkol
Spesies : Euthynnus
affinis
Sumber :
(Wiadnya, 2012)
5. Klasifikasi ikan tenggiri adalah
sebagai berikut:
Nama : ikan tenggiri/ mackerel_family
Scombridae
Nama local : ikan tenggiri
(google
image, 2012)
Gambar
11. Ikan Tenggiri
Spesies : Acanthocybium
solandri
Sumber :
(Nomura, 1977)
6. Klasifikasi ikan layang adalah
sebagai berikut:
Nama : ikan layang / Shortfin scad _family Carangidae
Nama local : layang
(google image,
2012)
Gambar
12. Ikan Layang
Spesies : Decapterus russelli
Sumber :
(Tyo, 2010)
2.2 ALAT TANGKAP PAYANG
2.2.1
KlasifikasiBerdasarkan FAO
Berdasarkan
klasifikasi standar alat tangkap Internasioal FAO (1990), payang termasuk jenis
“Beich Seine” yang bagian-bagiannya terdiri dari dua sayap, badan jarring dan kantong
yang dalam pengoperasiannya menggunakan sebuah kapal, dan ditarik melalui dua tali
selambar yang panjang (Sutono, 2003).
Berdasarkan
FAO Tahun 1971 tentang alat tangkap, payang termasuk dalam jenis jaring lingkar
NO
|
Jenis Alat Tangkap
|
Macam Alat Tangkap
|
1
|
Jaring Lingkar
|
Purse Seine, Payang
|
2
|
Pukat
|
Dogol, Beach Seine
|
3
|
Pukat Harimau ( Trawl )
|
Bottom Trawl
|
4
|
Penggaruk
|
Penggaruk Berperahu
|
5
|
Tangkul
|
Portable Lift Nett
|
6
|
Alat Yang dijatuhkan
|
Jala
|
7
|
Jaring Insang dan Jaring Portal
|
Gill Nett
|
8
|
Perangkap
|
Bubu, Sero
|
9
|
Pancing
|
Rawai, Tonda
|
10
|
Alat Penjepit dan Melukai
|
Tombak
|
Tabel 1. Jenis-jenis Alat tangkap
Gambar 13.
Alat tangkap payang
2.2.2
Klasifikasi Berdasarkan Kepmen 05/men/2010
Kelompok
jenis alat penangkapan ikan pukat tarik adalah kelompok alat penangkapan ikan
berkantong (cod-end) tanpa alat pembuka mulut jaring, pengoperasiannya dengan
cara melingkari gerombolan (schooling) ikan dan menariknya ke kapal yang sedang
berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap dan
tali selambar. (SNI 7277.6:2008) (KEPUTUSAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.06/MEN/2010).
2.2.3
Spesifikasi Alat Tangkap
Menurut
Sutono (2003), secara rinci bagian-bagian
payang dapat diuraikan sebagai berikut:
·
Bagian kaki atau sayap:merupakan bagian penggiring hasil tangkapan
kedalam kantong, dan terbuat dari dua lembar jaring memanjang dengan bentuk semakin
mengecil pada bagian ujungnya. Terbuat dari bahan PE atau raffia yang
telahdipintaldengan diameter benang 2 mm.
·
Badan jarring:berfungsi menampung hasil tangkapan sementara,
yang terbuat dari bahan PE atau raffia yang telah dipintal dengan diameter 2 mm.
·
Kantong:merupakan bagian penampung hasil akhir
tangkapan, yang terbuat dari bahan waring (minoe net) dengan bentuk seperti kerucut
terpancung.
·
Pelampung:pelampung yang digunakan dari bahan
PVC, dipasang merata dan sebagai pelampung tambahan digunakan jerigen plastic.
·
Pemberat:digunakan batu yang dipasang merata dengan
jarak tertentu sesuai kebutuhan.
·
Tali ris dan selambar:tali ris dipasang di sepanjang tubuh
jarring dari bahan PE, diameter 5 mm, sedangkan selambar dari tali PE diameter
12 mm dengan panjang 100-250 m.
Alat tangkap payang terdiri dari dua sayap.
Biasanya terbuat dari jarring yang bahannya dari bahan sintetis jenis nylon
multifilament. Sebagai contoh, alat tangkap payang yang dioperasikan di Teluk Mandar,
mesh size sayapnya masing-masing berukuran 80, 50, 30,dan 20 cm. Ukuran sayap semakin
kecil kearah kantong. Untuk memberikan daya apung maka pada bagian sayap diberikan
pelampung. Panjang jarring keseluruhan bervariasi dari puluhan meter sampai
ratusan meter. Mesizise pada kantong berkisar 1,5-5 cm. Ujung kedua sayap dihubungkan
dengan tali penarik, pada bagian sebelah kanan diberi pelampung tanda,
sedangkan pada tali penarik lainnya diikatkan di kapal (Sudirman dan Mallawa,
2004).
2.2.4
Metode dan Teknik Pengoperasian Alat Tangkap
Setelah
alat tangkap ini teleh tersusun dengan baik diatas kapal maka tiba di fishing
ground. Jika menggunakan alat bantu rumpon, terlebih dahulu harus ditangani dengan
memperhatikan arah arus, karena arah ikan pada rumpon akan berlawanan dengan arah
arus. Jika arah arus dari barat, maka posisi ikan berada pada sisi timr rumpon.
Setelah itu, jarring diturunkan yang dimulai dengan menurunkan pelampung tanda,
mengelilingi rumpon, penauran jarring dilakukan sampai semua jarring turun kelaut
dan selanjutnya mengambil kedua tali sayap, kemudian jarring ditarik keatas perahu.
Jika operasi dilakukan tidak menggunakan rumpon, maka proses operasinya hampir
sama dengan cantrang, hanya pada payang dilakukan dipermukaan air (Sudirman dan
Mallawa, 2004).
Cara pengoperasian payang adalah dengan
melingkari sasaran. Pada setiap akhir penangkapan hasilnya dinaikkan keatas geladak
perahu. Untuk pengoperasian pukat pantai (krakat) adalah dengan membawa krakat tersebut
keperahu, kemudian dilingkarkan di sekitar pantai. Lalu ditarik dan dinaikkan kepantai
(Dinasperikanan, 1996).
Gambar 14. Cara Pengoprasian Payang
2.2.5
Alat Bantu Penangkapan
Untuk malam hari terutama pada
hari-hari gelap (tidak dalam keadaan terang bulan) dengan menggunakan alat
bantu lampu petromaks (kerosene pressure lamp). Sedang penangkapan yang
dilakukan pada siang hari menggunakan alat bantu rumpon/payaos (fish
aggregating device) atau kadang kala tanpa alat bantu rumpon, yaitu dengan
cara menduga-duga ditempat yang dikira banyak ikan atau mencari gerombolan
ikan. Kalau gerombolan ikan yang diburu tadi kebetulan tongkol dalam
penangkapan ini disebut oyokan tongkol. Penggunaan rumpon untuk alat bantu
penangkapan dengan payang meliputi 95% lebih (Nugroho,2011).
Beberapa
cara untuk mendapatkan (mengumpulkan) kawanan ikan sebelum penangkapan
dilakukan ialah menggunakan alat bantu penangkapan (fish agregating device,
fish lure) atau biasa disebut ”rumpon” dan ”sinar lampu (fish fishery). Disebut
alat bantu penangkapan karena membantu untuk mengumpulkan ikan pada suatu
tempat dan jika ikan telah terkumpul kemudian dilakukan operasi penangkapan
ikan. (Setiono,2010).
·
Rumpon
(Google Image,2012)
Gambar
15. Rumpon
·
Sinar Lampu
(GoogleImage,2012)
Gambar
16. Sinar lampu
2.2.6 Hasil Tangkapan Alat Tangkap
Hasil tangkapan payang terutama
jenis-jenis pelagik kecil (layang, selar kuning, kembung, lemuru, tembang
japuh, cumi-cumi, kakap merah dan lain-lain). Hasil tangkapan sangat tergantung
keadaan daerah dan banyak sedikitnya ikan yang berkumpul disekitar rumpon
(Nugroho,2011)
Hasil
tangkapan yang diperoleh oleh payang adalah ikan pelagis. Pada alat tangkap
payang, hasil tangkapan utamanya adalah teri nasi (Stolephorus commersonnii),
sedangkan hasil tangkapan sampingannya yaitu tongkol (Auxis thazard),
kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), manyung (Arius thalassimus),
layang (Decapterus russelli) (Aprilia,2011).
2.2.6.1
Klasifikasi Ikan Beserta Gambar
·
Klasifikasi
pada cumi-cumi adalah sebagai berikut:
Nama :
cumi-cumi/squid_family
Loliginidae
Nama local : cumi-cumi
Gambar 17. Cumi-cumi
Spesies : Loligo indica
Spesies : Loligo indica
(Asatrio,2009)
·
Klasifikasi ikan kakap merah adalah
:
Nama :
Kakap merah/red snapper_family:Lutjanidae
Nama
local : Kakap merah atau darongan
Gambar 18. Ikan Kakap
Merah
Species : L. campechanus
Species : L. campechanus
(Ifti,2010).
·
Klasifikasi pada ikan layang adalah
sebagai berikut:
Nama :
layang/flying fish_family:Carangidae
Nama local : benggol deles
Gambar 19. Ikan Layang
Spesies : Decapterus russelli
(Tyo,2010)
2.3 ALAT TANGKAP PANCING
2.3.1
Klasifikasi Berdasarkan FAO
Menurut Muslim (2009) Hook and line
(pancing) merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan
dengan memancing ikan target sehingga terkait dengan mata pancing yang
dirangkai dengan tali menggunakan atau tanpa umpan. Desain dan konstruksi
pancing disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga
terdapat berbagai bentuk dan ukuran pancing serta sarana apung maupun alat
bantu penangkapan ikan yang digunakan. Menurut International Standard
Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO
(Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap hooks and lines ini terdiri
dari:
·
Handlines
and pole-lines (hand operated)
·
Handlines
and pole-lines (mechanized)
·
Set
longlines
·
Drifting
longlines
·
Longlines
(not specified)
·
Trolling
lines
·
Hook
and lines (not specified)
Menurut Ridwan (2010) International Standar Statistical
Classification of Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO, kelompok
pancing (Hook and Lines), terdiri dari :
·
Handlines
and pole-lines (mechanized) LHM 09.2.0
·
Set
longlines LLS 09.3.0
·
Drifting
longlines LLD 09.4.0
·
Longlines
(not specified) LL 09.5.0
·
Trolling
lines LTL 09.6.0
·
Hook
and lines (not specified) LX 09.9.0
(googleImage,2011).
Gambar 20. Cara Pengoprasian Pancing
2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan KEPMEN
06/MEN/2010
Jenis alat penangkapan ikan Pancing
(Hooks and Lines), 09.0.0:
1.
Handlines and pole-lines/hand operated, LHP, 09.1.0:
a.
Pancing ulur, LHP-PU, 09.1.0.1
b.
Pancing berjoran, LHP-PJ, 09.1.0.2
c. Huhate, LHP-PH, 09.1.0.3
d. Squid angling , LHP-SA, 09.1.0.4
2.
Handlines and pole-lines/mechanized, LHM, 09.2.0:
a. Squid
jigging; LHM-PC, 09.2.0.1
b. Huhate
mekanis, LHM-HM, 09.2.0.2
3. Rawai dasar (Set long lines), LLS, 09.3.0
4.
Rawai hanyut (Drifting long lines), LLD, 09.4.0:
a. Rawai
tuna, LLD-RT, 09.4.0.1
b. Rawai
cucut, LLD-RC, 09.4.0.2
5. Tonda (Trolling lines), LTL, 09.6.0
2.3.3 Spesifikasi Alat Tangkap
Secara
sederhana sebagaimana dikemukakan terdahulu konstruksi alat pancing terdiri
dari tiga bagian utama yaitu tali, roller
(penggulung) dan mata pancing (Brandt, 1984).
Menurut Sukandar (2006), dilihat
dari segi materialnya, rawai tuna atau longline ini dapat dibagi dua jenis
yaitu yang bahan utamanya monofilament (biasanya PA) dan multifilament
(biasanya PVA seperti kuralon). Perbedaan pemakaian bahan ini akan mempengaruhi
jenis line hauler yang digunakan. Adapun perbedaan dari keduajenis bahan ini
dipandang dari segi perikanan adalah:
a. Bahan monofilament lebih murah dan ringan dibanding
dengan multifilament dan juga monofilament lebih mudah dirakit serta sesuai
untuk kapal-kapal kecil.
b. Bahan monofilament lebih mudah ditangani.
c. Bahan monofilament lebih kecil, halus dan transparan
dan dinilai akan memberikan hasil tangkapan yang lebih baik dibandin
multifilament.
Sedangkan
menurut Sudirman (2004),
ukuran mata pancing pada pancing ulur yang digunakan sangat bervariasi antara
satu kapal dengan kapal yang lain. Pada kapal-kapal nelayan yang berukuran
kecil (5 – 30 GT) biasanya membawa antara 10 sampai dengan 50 set pancing ulur.
2.3.4 Metode Dan Teknik Pengoperasian
Alat Tangkap
Pengoperasian pancing tonda
dimulai dengan persiapan terlebih dahulu. Tahap persiapan terbagi menjadi dua
bagian yaitu persiapan di darat dan persiapan di laut. Persiapan di darat
meliputi pengisian dan pengecekan bahan bakar, pengecekan mesin dan perahu, alat
tangkap dan pengecekan alat bantu penangkapan dan lain-lain. Persiapan di laut
meliputi pengaturan tali pancing dan gulungan pada posisi yang telah ditentukan
(Subani dan Barus, 1989).
Kegiatan
penangkapan diawali dengan scouting atau pencarian gerombolan ikan dengan
melihat tanda-tanda keberadaannya seperti warna perairan, lompatan ikan
cakalang, dan buih di perairan. Pengoperasian pancing tonda dimulai dari pagi
hari hingga sore tergantung situasi dan kondisi alam yaitu pukul 05.00-17.00
yang diduga pada saat itu adalah saat dimana ikan cakalang dan tuna bermigrasi
untuk mancari makan. Pengoperasiannya dengan pemasangan alat tangkap (setting)
yaitu mengulur alat tangkap perlahan-lahan ke perairan dan mengikat ujung tali
pada salah satu ujung kanan atau kiri perahu dengan jarak tertentu. Setelah
setting berakhir tali pancing yang telah direntangkan disisi kanan dan kiri
perahu ditarik terus menerus menyusuri daerah penangkapan dengan kecepatan
konstan 2-4 knot dengan tujuan umpan buatan yang dipakai bergerak-gerak seperti
mangsa. Untuk membuat umpan lebih aktif melayang di perairan, perahu dapat
dijalankan dengan arah zig-zag. Pada saat salah satu umpan dimakan ikan,
pemancing langsung memberitahu juru mudi atau nahkoda unutk menaikkan kecepatan
perahu. Pada saat inilah penarikan tali pancing bisa dimulai. Salah satu ABK
akan menarik pancing tersebut dan menggulung tali pancing pada penggulung.
Setelah ikan diangkat keatas perahu maka pancing segera dilepas dari ikan dan
pancing tersebut diulurkan kembali ke perairan. Langkah selanjutnya seperti
pada saat setting telah berakhir dan begitu seterusnya sampai mendapatkan ikan
kembali (Subani dan
Barus, 1989).
Dalam pengoperasiannya alat penangkap
pancing bisa dipasang menetap pada suatu perairan, ditarik dari dalam
perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan, dihanyutkan, maupun langsung
diulur/ditarik dengan tangan. Banyak jenis dari alat tangkap pancing, mulai
dari bentuk yang sederhana misalnya yang digunakan untuk kesenangan semata
(game fishing), sampai dalam bentuk ukuran skala besar yang digunakan untuk
perikanan industri. Dari bentuk dan cara pengoperasiannya, maka alat penangkap
pancing dibedakan atas rawai tuna, rawai hanyut, rawai tetap, pancing tondam
dan pancing yang lain (Monintja, 2006)
Gambar 21. Metode Dan Teknik
Pengoperasian Alat Tangkap Pancing
2.3.5
Alat Bantu Penangkapan
Menurut
Sukandar (2006), dalam pengoperasian pole and line, diperlukan alat bantu
penangkapan yang berguna untuk membantu mengumpulkan kawanan ikan atau untuk membantu
dalam kelancaran operasi penangkapan. Alat bantu tersebut antara lain:
a. Jaring tangguk/seser
Gambar 22. Alat bantu Jaring/seser
b. Penyemprot air
Gambar 23. Penyempot Air
c. Ember
Gambar 24. Alat bantu ember
d. Rumpon
Gambar 25. Alat Bantu Rumpon
Alat bantu yang dimaksud adalah
alat-alat yang dipergunakan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan operasi
penangkapan di kapal, antara lain: radar, RDF, line hauler, marlin like, catut
potong, ganco, sikat baja, jarum pembunuh, pisau, dan lain-lain (Sudirman,
2007).
Di Sendang Biru nelayan sekoci
melakukan penangkapan dengan menggunakan alat bantu prumpon. Penggunaan rumpon
oleh nelayan Sendang Biru mampu meningkatkan hasil tangkapan nelayan sekoci
yang berpengaruh juga terhadap produktivitas tangkapannya. Pemakaian teknologi
rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan di perairan Indonesia sangat penting
ditinjau dari segala aspek baik ekologi, biologi maupun ekonomi. Rumpon
digunakan untuk mengumpulkan ikan pada titik atau tempat laut tertentu sebelum
operasi penangkapan yang dilakukan dengan alat penangkap ikan (Subani dan
Barus, 1989).
Menurut Patria (2011), dengan
peningkatan daya lampu dapat mempengaruhi peningkatan terhadap hasil tangkapan
dalam satuan kg. Untuk dapat membantu nelayan kecil seyogyanya dilakukan
penelitian lanjutan mengenai dampak lampu ini terhadap jenis alat tangkap yang
lain atau penggunaan jenis atau warna lampu yang lain sehingga dapat langsung
diaplikasikan secara tepat kepada nelayan.
Gambar 26.
Alat Bantu Lampu
2.3.6
Hasil Tangkapan dan Alat Tangkap
Pengoperasian
pancing dilakukan pada permukaan, kolom maupun dasar perairan, umunya untuk
menangkap ikan pelagis maupun ikan demersal terganung jenis pancing (Menteri
kelautan dan perikanan, 2010)
Hasil tangkapan terutama pancing (1) untuk lapisan permukaan: tongkol,
cakalang, tenggiri, madidihang, setuhu, alu-alu, sunglir, beberapa jenis kuwe
dan lain-lainnya (2) untuk lapisan dalam terutama cumi-cumi (3) untuk lapisan
dasar terutama manyung, pari, cucut, gulamah, senangin, kerapu dan lain-lainnya
(Yuli Nurhayati, 2006)
2.3.6.1
Klasifikasi ikan beserta gambar ikan
·
Klasifikasi
ikan cumi cumi
Nama ikan : cumi cumi/
nama inggris : squid_famili : Loliginidae
(google, 2010)
Gambar 27. Cumi-cumi
Species:
Loligo pealii
(saanin,1984)
·
Klasifikasi ikan tenggiri
Nama ikan : Tenggiri/ nama inggris : Narrow Barred King Mackerel_family : Scombridae
(google, 2010)
Gambar 28. Ikan tenggiri
Spesies : Acanthocybium solandri
(Nomura,
1977)
·
Klasifikasi
ikan Cakalang
Nama
ikan : ikan Cakalang/ Nama inggris : Skipjack Tuna_family : Scombridae
(google
image, 2010)
Gambar
29. Ikan Cakalang
Spesies
: K. Pelamis
(Sampekalo, 1982)
·
Klasifikasi
ikan Tongkol
Nama
ikan : ikan Tongkol/ nama inggris : Tuna fish_family : Scombridae
(google,2010)
Gambar
30. Ikan Tongkol
Spesie : Euthynnus
affinis
(Saanin, 1984)
III.
METODOLOGI
3.1
Alat Praktikum Dan Fungsinya
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum Metode Penangkapan Ikan, alat tangkap Payang
adalah
·
Roll
Meteran : untuk mengukur
benang
·
Jangka
Sorong : untuk mengukur
ketebalan benang
·
Tali
Urai : untuk
menandai jumlah hitungan
·
Counter
Point : untuk mengukur jumlah
hitungan
·
Net
Gauge : untuk mengukur
mata jaring
·
Buku
Catatan : untuk mencatat
·
Camera
digital :untuk mengambil
gambar saat praktikum dilaksanakan
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum Metode Penangkapan Ikan, alat tangkap Pancing
adalah :
·
Roll
Meteran : untuk mengukur
panjang benang
·
Jangka
Sorong : untuk mengukur diameter
pancing
·
Buku
Catatan : untuk mencatat
·
Camera
digital :untuk mengambil
gambar saat praktikum dilaksanakan
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum Metode Penangkapan Ikan, alat tangkap Purse Seine
adalah :
·
Roll
meteran : unuk mengukur
panjang benang
·
Jangka
Sorong : untuk mengukur
ketebalan benang
·
Counter : alat pengukuran
hitungan
·
Buku
catatan : untuk mencatat
·
Camera
digital : untuk mengambil gambar saat praktikum
dilaksanakan
3.2
Metode Pengambilan Data
Metode
yang digunakan pada praktikum Metode Penangkapan Ikan ini adalah dengan
wawancara, pengukuran dan dokumentasi. Untuk wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara si penanya dan si penjawab, setelah itu kita mengukur alat tangkap
secara langsung, mengukur diameter tali pancing, panjang tali pancing, diameter
tali cabang, panjang tali cabang, mengukur pemberat dibantu oleh nelayan, untuk
teknik dokumentasi adalah untuk memudahkan dalam pelaksanaan apabila ada
kekeliruan dalam pencatatan maka sumber datanya masih lengkap atau tidak
berubah, ini juga digunakan untuk mendokumentasikan keadaan lokasi penelitian,
deskripsi profil dan latar belakang studi.
3.3.
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini secara umum terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang langsung dikumpulkan di lapang berkaitan dengan
pengembangan perikanan. Data sekunder merupakan data-data yang didapat dari
buku, jurnal, laporan kegiatan, informasi internet, dan lainnya yang relevan
dengan penelitian yang dilakukan.
·
Pengertian
data primer
Data lainnya yang dikumpulkan untuk
menggambarkan dinamika keragaan upaya penangkapan dan daerah penangkapan ikan
adalah data primer. Data primer diperoleh langsung dari wawancara dengan
nelayan (contoh/responden) dengan metode purposive sampling. Metode
penarikan contoh ini berdasarkan
informasi populasi berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan dan pertimbangan
tertentu yang sudah diketahui sebelumnya (Sugiyono, 2006).
Data primer yaitu data yang
dikumpulkan langsung oleh si peneliti atau diperoleh dari sumber pertama dan
datanya belum diolah, contoh : hasil pengamatan beberapa parameter oseanografis
daerah penangkapan ikan cakalang dan jumlah hasil tangkapan per trip perikanan
pole and line yang didapatkan dari hasil pengamatan langsung dilapang oleh (Achmar
Mallawa dan kawan-kawan tahun 2009).
·
Data
Sekunder.
Data
sekunder yang dibutuhkan bukan menekankan pada jumlah tetapi pada kualitas dan
kesesuaian; oleh karena itu peneliti harus selektif dan hati-hati dalam memilih
dan menggunakannya (Nagabiru86, 2012).
Data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak kedua yang mengumpulkan data
tersebut. Data sekunder biasanya telah
diolah atau diatur sedemikian rupa oleh pengumpulnya, contoh : Data jumlah
armada penangkapan ikan di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan (Dinas Perikanan dan
Kelautan, 2005)
IV.
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
4.1 DATA HASIL PRAKTIKUM
a. Alat Tangkap Payang
1. Komponen utama Payang
a.
Tali
– temali
1). Tali Utama
Payang
a).
Bahan :
Nilon
b).
Diameter : 20 mm
c).
Panjang : 30 m
2). Tali Pada Mulut Payang :
a).
Bahan :
Arnet
b).
Diameter : 17,78
mm
c).
Panjang : 50 m
b.
Pelampung
dalam 1 unit :
1). Bahan :
Plastik (luar) Gabus (dalam)
2). Bentuk :
Ellips
3). Ukuran per buah :
a). Diameter Lubang : 1,8 mm
b).
Diameter (Tebar) : 100 mm
c).
Panjang : 134,2
mm
d). Daya Apung :
- gf/kgf (jika tahu)
4). Jarak antara Pelampung :44,5 cm
5). Jumlah :
60 buah
c.
Pelampung tambahan dalam 1 unit : Bola / jerigen oli
1)
Bahan
: Plastik
2)
Bentuk
: Bola
3)
Ukuran Per Buah : -
a)
Diameter
Lubang : - mm
b)
Diameter
(Tebal) : 30 mm
c)
Panjang
: - mm
4)
Jarak
antar pelampunng : 4-5 cm
5)
Jumlah
: 30
buah
d. Pemberat
1). Bahan :
Batu
2). Bentuk :
Tak beraturan / campuran
3). Ukuran per buah :
a). Diameter Lubang : 0,1 mm
b).
Diameter (Tebar) : 103 mm
c).
Panjang : 24 cm
d).
Berat : 2
kg
e).
Daya Tenggelam : 30, 40, 60
depa (1 m = 1,5 Depa)
4). Jarak antara Pemberat : 12 cm
5). Jumlah :
16 buah
e.
Jaring
1).
Jaring pada sayap :
a).
Bahan : Multifilament
b).
Diameter Benang : D9
c). Ukuran Mata Jaring :
101,6 mm
d). Ukuran Jaring :
(1). Jumlah Mata Jaring ke arah Panjang : 100 m
(2). Jumlah Mata Jaring kea rah Lebar : 8 m
2). Badan Jaring :
a).
Diameter Benang (untuk monofilament) : D9
b).
Ukuran Mata Jarinng :
190,5 mm
c).
Ukuran Jaring :
(1).
Jumlah Mata Jaring ke arah Panjang : 100
m
(2).
Jumlah Mata Jaring kea rah Lebar : 8
m
3).
Kantong :
a). Bahan dan Diameter Benang (untuk Monofilament) :Rumput
Jepang
b). Ukuran Mata Jaring :
12,7 mm
c). Ukuran Jaring :
(1).
Jumlah Mata Jaring kea rah Panjang : 10
m
(2).
Jumlah Mata Jaring kea rah Lebar : 5
m
f. Sarana Apung
1). Jenis :
Kapal
2). Nama dan Alamat :
a).
Nama Kapal dan Tanda Selar: Selar , 8 GT
b).
Nama Pemilik :
H. Hasan
c). Nama Nahkoda :
H. Hasan
3). Bahan :
Kayu
4). Ukuran :
a).
Panjang : 13 m
b).
Lebar : 3,5
m
c).
Tinggi / Dalam : 1,6 m
d).
Tonase : 8
Gross Tonnag (GT)
5). Anak Buah Kapal (ABK) / Nelayan : 5 Orang
b. Alat Tangkap Pancing
1. Komponen utama Panncing
a.
Tali
– temali
1). Tali Utama
Payang
a).
Bahan : Atom
, Senar
b).
Diameter : 0,18 mm
c).
Panjang : 31 m
2). Tali Cabang :
a).
Bahan : Atom
b).
Diameter : 150
mm
c).
Panjang : 10
depa
b.
Pemberat :
1). Bahan :
Timah (funa)
2). Ukuran per buah :
a).
Diameter (Tebar) : 30 mm
b).
Panjang : 100 m
c).
Berat :
0,5 g
3). Jumlah :
1 buah
c. Sarana Apung
1). Jenis :
Motor Tempel
2). Nama dan Alamat :
a).
Nama Kapal dan Tanda Selar: PT. Tirta mina
b).
Nama Pemilik :
Bapak Abi
c). Nama Nahkoda :
Bapak Gandut / Bapak Hamid
3). Bahan :
Kayu/ Besi / Baja / Fibreglass)
4). Ukuran :
a).
Panjang : 7 m
b).
Lebar : 4
m
c).
Tinggi / Dalam : 15 m
d).
Tonase : Gross Tonage (GT)
5). Anak Buah Kapal (ABK) / Nelayan : 5 Orang
c. Alat Tangkap Purse Seine
2. Komponen utama Purse Seine
a.
Tali
– temali Jaring
1). Tali Pelampung
a).
Diameter : 10,2
mm
b).
Panjang : 600
m
2). Tali Ris Atas :
a).
Diameter : 0,4
mm
b).
Panjang : 600 m
3). Tali Pemberat :
a).
Diameter : 8,3
mm
b).
Panjang : 600 m
2). Tali Ris Bawah :
a).
Diameter : 4,2
mm
b).
Panjang : 600 m
b.
Pelampung
dalam 1 unit :
1). Bahan :
Stteroffom
2). Bentuk :
Oval
3). Ukuran per buah :
a). Diameter Lubang : 20 mm
b).
Diameter (Tebar) : 38 mm
c).
Panjang : 14,5
mm
4). Jarak antara Pelampung : 16 cm
5). Jumlah :
- buah
c.
Pelampung tambahan dalam 1 unit : -
1). Bahan : -
2). Bentuk :
Bola
3). Ukuran Per Buah : -
d)
Diameter
Lubang : - mm
e)
Diameter
(Tebal) : - mm
f)
Panjang
: - mm
4). Jarak antar pelampunng : 4-5 cm
d. Pemberat
pada Jaring Purse Seine :
1). Bahan :
Timah
2). Ukuran per buah :
a). Diameter Lubang : 0,1 mm
b).
Diameter (Tebar) : 26,6 mm
c).
Panjang : 0,06 m
d).
Berat :
166,66 g
3). Jarak antara Pemberat : 13 cm
5). Jumlah : - buah
e.
Jaring
1). Penguat Atas (Selvedge/Srampat Atas) :
a).
Diameter Benang : 0,3
b). Ukuran Mata Jaring :
25,4 mm
c). Ukuran Jaring :
(1). Jumlah Mata Jaring ke arah Panjang : 566 m
(2). Jumlah Mata Jaring kea rah Lebar : 40 m
2). Tubuh Jaring Lappis :
a).
Diameter Benang (untuk monofilament) : 0,3
b).
Ukuran Mata Jarinng :
19,05 mm
c).
Ukuran Jaring :
(1).
Jumlah Mata Jaring ke arah Panjang : 566
m
(2).
Jumlah Mata Jaring ke arah Lebar :
40 m
3).
Penguat Bawah (Selvedge/Srampat Bawah)
dalam 1 pis :
a). Bahan dan Diameter Benang (untuk Monofilament) :Nilon
b). Ukuran Mata Jaring (MS) : 19,05 mm
c). Ukuran Jaring :
(1).
Jumlah Mata Jaring ke arah Panjang (ML) :
566 m
(2).
Jumlah Mata Jaring ke arah Lebar (MD) :
40 m
f. Sarana Apung
1). Jenis :
Kapal / Motor Tempel
2). Nama dan Alamat :
a).
Nama Kapal dan Tanda Selar :
KM DWIJJAYA
b). Nama Pemilik : Didik
Hariyanto
c). Alamat Pemilik : Prigi , Watu limo
d). Nama Nahkoda :
Rusmanto
e).
Alamat Nahkoda :Tasikmadu,
Watulimo Trenggalek
3). Bahan :
Kayu
4). Ukuran :
a).
Panjang :
18 m
b).
Lebar :
5 m
c).
Tinggi / Dalam :
18 m
d).
Tonase : 10 Gross Tonnag (GT)
4.2
PEMBAHASAN
4.2.1
Alat Tangkap dan Metode Penangkapan Ikan di PPN Prigi-Trenggalek
Pada
praktikum metode penangkapan ikan di PPN Prigi-Trenggalek, praktikan mendapakan
informasi mengenai alat tangkap, kontruksi alat tangkap, jenis tangkapan dan
teknik operasinya. Purse seine merupakan alat tangkap yang melingkari ikan.
Para nelayan di Prigi umumnya menggunakan sistem 2 kapal dengan alat bantu yang
mengeratkan jaring, dengan satu kapal untuk meletakkan hasil tangkapan.
Biasanya para nelayan berlayar satu hari penangkapan dengan menggunakan rumpon / jetset (lampu) untuk mengumpulkan
ikan. Kontruksi alat tangkap purse seine yakni menggunakan jaring kilon dengan
nomor benang D6-D12. Nelayan setempat banyak menggunakan mata jaring ukuran 3/4
karena dinilai aman. Jika menggunakan ukuran mata jarring 1 inchi bisa
mengakibatkan kecelakaan disebabkan ingsang ikan yang menyangkut pada mata
jaring dan ikan akan terus melakukan perlawanan sehingga membuat kapal berat
mengangkut kemudian terguling.
Alat tangkap selanjutnya adalah
payang. Payang merupakan alat yang hampir sama dengan purse seine dan juga
ramah lingkungan. Cara pengoperasianya menggunakan sistem 2 kapal dengan
penarikan di samping kapal, menarik sayap kanan dan kiri. Saat jaring turun pertama
dibantu dengan kapal kecil. Payang menangkap pada malam hari dengan sistem
oncoran, daerah operasionalnya tidak jauh dari teluk dan tidak di daerah lepas
pantai. Payang menggunakan jaring nilon dengan nomor benang D9, pada bagian
sayap hingga kantong mempunyai ukuran mata jaring yang berbeda, semakin ke
kantong ukuran mata jarring semakin kecil.
Alat tangkap yang terakhir adalah pancing.
Pancing merupakan alat tangkap yang benar-benar ramah lingkungan. Macam-macam
pancing yang ada di PPN Prigi-Trenggalek adalah reta, coping, tonda, layang-layang
dan kumbaran. Untuk cara operasional pancing tonda, pertama kali diseret,
biasanya memakai rumpon, sedangkan di lepas pantai menggunakan GPS sebagai
penentu koodinat dan juga sebagai peta laut yang berfungsi untuk menentukan
tempat.
4.2.2 Analisa Ekonomi
·
Alat
tangkap pancing
Alat tangkap pancing milik PT.TIRTA
MINA di PPN Prigi-Trenggalek berkapasitas 8 gross tonnag (GT) menunjukkan
produktifitas penangkapan pancing.Biaya operasional alat tangkap pancing per trip memerlukan biaya sekitar Rp.3,000,000
sampai Rp.7,000,000 (biaya tersebut sudah termasuk bahan bakar, biaya ABK, biaya operasional, biaya
perawatan dll). Hasil tangkapan
pancing sendiri ikan pada perairan pelagis, seperti : lemuru, tongkol, cakalang dll.Hasil tersebut bila dijual menghasilkan
pendapatan sebesar Rp.15,000,000 hingga Rp.25,000,000 (biaya belum termasuk
pembagian hasil 40:60), Sehingga
alat tangkap ini menguntungkan. 60% pemilik kapal 10% pemilik kapten
masing-masing ABK 1,5% (memiliki 5 ABK
menjadi 7,5% ) sisanya 22,5%
untuk biaya operasional.
·
Alat
tangkap Purse seine
Alat tangkap purse seine KM.DWI JAYA
milik Pak Didik Hariyanto di PPN Prigi-Trenggalek berkapasitas 10 gross tonnage
(GT) menunjukkan produktifitas purse seine.Biaya operasional purse seine per
trip memerlukan biaya sekitar Rp.5,000,000 sampai Rp.10,000,000 (Biaya tersebut
sudah termasuk bahan bakar 200 liter; biaya ABK @95,000(9); biaya perawatan, biaya operasional dll). Hasil tangkapan purse seine termasuk
ikan jenis pelagis(seperti ikan peda,ikan kembung, ikan pindang dll). Harga ikan tersebut mulai dari harga
Rp.12,000 hingga Rp.20,000 perkilo. Alat
tangkap purseine menghasilkan 1,5 ton per trip,sehingga pendapatan tangkapan
sekitar Rp.18,000,000 s.d. Rp.30,000,000 (biaya
tersebut belum termasuk bagi hasil sebesar 40:60 (sama yg diatas). Sehingga alat tangkap ini masih
menguntungkan. 60% pemilik kapal 10% pemilik kapten masing-masing ABK 1,5% (memiliki 8 ABK menjadi 12% ) sisanya 18% untuk biaya operasional.
·
Alat
tangkap Payang
Alat tangkap payang milik H.Hasan
KM.Selar 8 GT di PPN Prigi-Trenggalek berkapasitas 8 gross tonnage (GT)
menunjukan produktifitas payang.Biaya operasional alat tangkap payang per trip
sekitar Rp.3,000,000 sampai Rp.5,000,000(biaya sudah termasuk biaya 5 ABK @Rp.85,000
; biaya solar 200Ltr sebesar Rp.900,000 ;biaya izin sebesar Rp.100,000 dan
biaya lain-lain). Hasil
tangkap payang ini adalah ikan pelagis dan ikan wilayah perairan tengah seperti
: ikan tongkol;ikan kembung ikan lemuru;ikan pindang dan gurame dll.Alat
tangkap ini menghasilkan 1 ton per trip sehingga mendapatkan sekitar
Rp.15,000,000 sampai Rp.25,000,000.Biaya tersebut belum di potong dengan biaya
bagi hasil sebesar 40:60 . Sehingga
hasil masih menguntungkan nelayan.sistem pembagiannya 60%
pemilik kapal 10% pemilik kapten masing2 ABK 1,5% (memiliki
5 ABK menjadi 7,5%) sisanya 22,5%
untuk biaya operasional.
V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Ø
Bagian
Alat tangkap pancing terdiri dari : Main Line; Buoy line; Branch line; hook and
bait; Bendera; Light buoy, dan Radio buoy.
Ø
Bagian
mata pancing terdiri dari : Shank; bend ; Point ; Gap ; Throat ; dan eye.
Ø
Bagian-bagian
alat tangkap payang terdiri dari : sayap (wing); Badan ; kantong.
Ø
Mesh
size pada alat tangkap payang tidak sama pada setiap bagian.
Ø
Bagian-bagian
purse seine terdiri dari : jaring pada badan ; jaring pada sayap; jaring
kantong; tali ris atas; tali ris bawah; pemberat; tali cincin; tali kerut (kolor).
Ø
Payang
merupakan alat tangkap yang beropresi di permukaan dan di perairan tengah.
Ø
Pancing
merupakan alat tangkap permukaan.
Ø Purse seine merupakan alat tangkap
permukaan yang aktif.
Ø Peralatan
yang digunakan saat praktikum Metode Penangkapan Ikan yaitu: roll meter; jangka
sorong; tali urai; counter point; buku catatan; net gauge; camera digital.
Ø Metode yang digunakan pada praktikum
Metode Penangkapan Ikan ini adalah dengan wawancara, pengukuran dan
dokumentasi.
Ø Jenis
data yang digunakan data primer dan data sekunder.
Ø Data primer diperoleh langsung dari
wawancara dengan nelayan.
Ø Data
sekunder data yang
diperoleh dari pihak kedua yang mengumpulkan data tersebut.
Ø Alat
tangkap payang; pancing; purse seine dapat
menghasilkan banyak tangkapan sehingga menguntungkan dan memiliki nilai ekonomi
yg baik.
5.2
SARAN
Pada praktikum metode penangkapan ikan
di Prigi penjelasan materi kurang jelas mohon untuk praktikum selanjutnya di
perbaiki lagi dan transportasinya kurang nyaman tolong di benahi kekurangan
tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Ambar
Prihartini.2007. ANALISIS TAMPILAN BIOLOGIS IKAN LAYANG (Decapterus sp)
HASIL TANGKAPAN PURSE SEINE YANG DIDARATKAN DI PPN PEKALONGAN. http://eprints.undip.ac.id/4398/1/5-Ambar-61sd75.pdf diakses tanggal 31 Mei 2012 pukul
17.30 WIB
Fisheries and
Aquaculture Department,2012.purse seine.
http://www.fao.org/fishery/geartype/249/en.diakses pada tanggal 28 mei 2012 pukul 19.33
WIB.
Halimah,uun.2011
http://uun-halimah.blogspot.com/2011/03/pancing.html
Haris .2006.
Atlas Lautan. Erlangga. http://books.google.co.id/books?id=MN-Ckm-QO9EC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false. diakses tanggal 27 Mei 2012 pukul
18.00 WIB.
Irnawati,2004.analisis aspek
bio-teknis unit penangkapan paying diperairan ulak karang.Bandung : ITB
Kepmen,2010.alat penangkapan ikan
diwilayah Negara republic Indonesia.jakarta:MKPRI
Limbong.2011.Ikan Cakalang. http://limbong40.blogspot.com/2011/12/ikan-cakalang.html diakses tanggal 27 Mei 2012 pukul
21.00 WIB
Mallawa
, Achmar, 2009. Penelitian jenis data. http://www.penelitian-jenis-data.com/mallawa.htm
Mallawa achmar sudirman 2007. Teknik
Penangkapan Ikan. Rineka Cipta: Jakarta.
Menteri kelautan dan
Perikanan, 2010. Keputusan Menteri No. 6, tentang Alat Penangkap Ikan Di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
Monintja,
Daniel. R, 2006. Teknologi Perikanan Tangkap Yang
Bertanggungjawab. Departemen PSP FPIK IPB: Bogor
Nagabiru86, 2012. Sistem
Teori Umum. http://www.survey-software- solutions.com/nagabiru86
/systems-theory.htm didownload 30/05/2012
Nicholas
Harris.2006. Atlas Lautan. Erlangga. http://books.google.co.id/books?id=MN-Ckm-QO9EC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false diakses tanggal 27 Mei 2012 pukul
18.00 WIB
Nomura. M. And Yamazaki T.
1977. Fishing Techniques I. Japan International Cooperation Agency, Tokyo
Prihartini, 2007. ANALISIS TAMPILAN BIOLOGIS IKAN LAYANG (Decapterus sp)
HASIL TANGKAPAN PURSE SEINE YANG DIDARATKAN DI PPN PEKALONGAN. http://eprints.undip.ac.id/4398/1/5-Ambar-61sd75.pdf diakses tanggal 31 Mei 2012 pukul
17.30 WIB
Ria.2010.Ikan Tuna Sirip kuning
thunnus. http://rian-duniaperikanan.blogspot.com/2010/02/ikan-tuna-sirip-kuning-thunnus.html diakses tanggal 27 mei 2012 pukul
20.20 WIB.
Ridwan,maulana.2010
http://ivanhodgson.wordpress.com/2012/01/14/laporan-field-trip-akpi-2010/
Riza,2012.alat penangkapan ikan. http://rizarahman.staff.umm.ac.id/files/.../M_2_Alat_Penangkapan_Ikan.pdf. diakses pada
tanggal 28 mei 2012 pukul 19.30 WIB
Saanin, H. 1984.
Taksonomi Dan Kunci Idenifikasi ikan. Bina Cipta, Bandung.
Sampekalo, J. Dan
Harikedua. J. 1982. Inventaris Nama Lokal dan jenis jenis ikan laut yang
ekonomis penting di Sulawesi Utara. Fakultas Perikanan Unstrat
Setiono,bambang.2010.laporan
praktikum.ITB.Bandung
Sugiyono, 2006. studi tentang jenis dan sumber data .http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/01101/SUGIYONO.htm
Sukandar,2006.
Diktat Mata Kuliah Tekhnologi Alat Penangkapan Ikan. FPIK Universitas
Brawijaya: Malang.
Tahajuddah,2009. Latar belakang. http://tadjuddahmuslim.wordpress.com
/2009
/01/28/kajian-keramahan-lingkungan-alat-tangkap-menurut-klasifikasi-statistik-internasional-standar-fao/
diakses pada tanggal 28 mei 2012 pukul 19.00 WIB
Wiadnya,2012.Ikan Hasil
Tangkap http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/4F_2-Ikan-Hasil-Tangkap-3.pdf diakses tanggal 27 Mei 2012 pukul
20.00 WIB
Yuli Nurhayati, 2006.
Pengaruh Kedalaman Terhadap Komposisi Hasil Tangkapan Pancing Ulur Di Perairan
Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar